Toko Komputer Terbakar

Diposting oleh Samino on Jumat, 10 Juli 2009

Sebuah toko komputer di Jalan Raya Ciracas Jakarta Timur pagi tadi terbakar. Kebakaran menghanguskan puluhan komputer di toko itu. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Penyebab kebakaran masih diselidiki oleh polisi.

Pemilik toko komputer Surya Com, Atep belum dapat memperkirakan kerugian akibat kebaran itu lebih dari ratusan juta. Selain sejumlah perangkat komputer, ada barang-barang yang baru masuk ke toko komputer itu turut terbakar.

Menurut Nanak, saksi mata di lokasi kejadian, pagi sekitar pukul 07.30, sudah ada seorang karyawan toko yang sedang membersihkan toko komputer. Tiba-tiba muncul api dari toko itu. Api dengan cepat merambat ke tokok di sebelah kiri dan kananya, yakni toko mebel dan tokok kain. "Tapi pemilik kedua toko itu bisa menyelamatkan isi tokonya" kata Nanak

Selama mobil pemadam kebakaran belum datang, lanjut Nanaik, dirinya bersama warga berusaha memadamkan api. "Jam delapan mobil pemadam datang, " kata Nanak.

Suku Dinas pemadam kebakaran Jakarta Timur mengerahkan lima unit mobil pemadam kebakaran. Api berhasil dipadamkan pukul 09.00 pagi. Kini ketiga toko komputer yang terbakar itu diberi garis polisi.
More aboutToko Komputer Terbakar

Tips memilih toko komputer untuk membeli komputer

Diposting oleh Samino

Saat membeli komputer adalah saat – saat menyenangkan apalagi bagi yang baru pertama kali membeli. Membanding – bandingkan antara produk A dengan teknologi X yang punya kemampuan M seharga O atau produk B dengan teknologi X yang punya kemampuan M seharga P memang sangat membingungkan. Tapi kalau udah mau beli jadinya happy – happy aja apalagi kalau budgetnya berlebih hehehe :-)

Hal yang membingungkan lainnya adalah memilih tempat membeli / toko komputer. Harga untuk produk yang sama bisa jadi berbeda dimasing – masing toko.Tetapi jangan tertipu dengan harga yang lebih murah sebelum memastikan GARANSI yang diberikan oleh toko komputer tersebut

Toko komputer ada yang memberikan garansi sendiri dan ada juga yang memberikan garansi distributor. Bedanya ada pada pelayanan komplain bila dikemudian hari terjadi kerusakan pada barang yang kita beli.

Untuk toko komputer yang memberikan garansi sendiri biasanya akan langsung melayani sendiri kerusakan barang yang anda beli. Bisa dengan servis gratis atau dengan mengganti barang tersebut dengan barang yang baru (replace) tergantung dari berapa lama barang tersebut digunakan. Misalkan garansi 10 bulan dengan 3 bulan pertama Ganti baru dan 7 bulan berikutnya garansi servis.

Untuk toko komputer dengan garansi distributor, bila terjadi kerusakan pada barang yang anda beli maka barang tersebut akan diserahkan ke distributornya dulu. Sistem garansi distributor ini kadang memberikan waktu garansi yang lebih panjang tetapi pelayanan terhadap klaim pelanggan pun membutuhkan waktu yang suaaangaaat lama.

Pengalaman pribadi ketika mengajukan klaim garansi ke salah satu toko komputer di Jogja yang memberikan garansi distributor, saya pernah menunggu selama dua bulan sampai barang saya diperbaiki. Padahal barang tersebut baru satu bulan dibeli dengan garansi satu tahun

Berbeda dengan barang lainnya yang saya beli dari toko komputer yang memberikan garansi sendiri. Tanpa banyak tanya langsung mengganti barang tersebut dengan yang baru.

Jadi sebelum berduel deal dengan mbak – mbak yang ditoko komputer jangan lupa menanyakan garansi yang digunakan

More aboutTips memilih toko komputer untuk membeli komputer

Usaha Konveksi Kebanjiran Pesanan Seragam

Diposting oleh Samino on Kamis, 09 Juli 2009

Dua pekan menjelang tahun ajaran baru, para pengusaha konveksi di Semarang, Jawa Tengah kebanjiran pesanan, terutama seragam sekolah. Meningkatnya permintaan pasar membuat para pengusaha mengeruk keuntungan cukup besar, lebih dari 75 persen dibanding hari biasa.

Salah satu yang kebanjiran order adalah Muhammad Dalail yang menjalankan usaha konveksinya di Jalan Purwoyoso, Ngalian, Semarang. Mesin-mesin jahit milik Amat--biasa dia dipanggil--seolah tak pernah berhenti bekerja. Amat dibantu 12 orang karyawannya bekerja hingga malam agar pesanan dapat diselesaikan tepat waktu.

Biasanya Amat hanya mengerjakan permintaan pasar tak lebih dari 10 lusin per hari. Namun, kini hingga 200 potong celana dan 175 baju seragam setiap hari. Dia mengaku sejauh ini tidak kesulitan mendapat bahan baku seragam sekolah karena pasokan bahan untuk konveksi dari pabrik tekstil setempat masih lancar.

Amat bersyukur dengan kondisi ini. Sebaliknya dia juga mengeluhkan minimnya tenaga penjahit yang terampil. Sebab setelah tahun ajaran baru ini lewat, akan menghadapi permintaan pada saat Lebaran. Demi mengejar target, sementara waktu konveksi Muhammad tidak menerima pesanan selain seragam sekolah.

Harga seragam buatan Amat bervariasi sesuai dengan tingkat sekolah siswa. Seragam sekolah dasar paling mahal Rp 29 ribu, sekolah menengah pertama Rp 35 ribu, dan sekolah menengah atas Rp 40 ribu. Selain dijual di tokonya, sebagian dikirim ke Rembang, Kudus, Pati, dan Purwokerto.
More aboutUsaha Konveksi Kebanjiran Pesanan Seragam

Usaha Konveksi di Pemalang

Diposting oleh Samino

Memasuki bulan Ramadan tahun ini sejumlah perajin konveksi di Pemalang, Jawa Tengah, sepi pesanan. Padahal biasanya, pesanan konveksi meningkat pesat sejak sebelum Ramadan hingga mendekati Idulfitri. Malah ada kecenderungan pesanan terus menurun.

Damir, perajin konveksi di Desa Ambo Wetan menuturkan pesanan sepi sejak dua bulan silam. Kini, setiap minggu Damir hanya menerima maksimal pesanan 50 lusin. Padahal, dalam kondisi normal pesanan bisa mencapai 100 lusin per minggu. Bahkan mendekati Lebaran biasanya meningkat pesat hingga 200 lusin.

Yang menyakitkan Damir, sepinya pesanan juga diikuti turunnya harga produk konveksi di pasaran. Padahal, harga bahan baku utama berupa kain dan benang justru naik. Para perajin konveksi menduga sepinya pesanan serta jatuhnya harga konveksi lokal disebabkan maraknya produk impor, seperti dari Cina
More aboutUsaha Konveksi di Pemalang

Perajin Konveksi di Tegal Makin Terpuruk

Diposting oleh Samino

Ratusan perajin konveksi di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, saat ini terpuruk karena turunnya daya beli masyarakat yang mengakibatkan pasar sepi.

Salim, salah seorang perajin konveksi di Kabupaten Tegal, Kamis, mengatakan, saat ini penurunan daya beli pakaian dari masyarakat sangat drastis sementara produksi pakaian melimpah di pasaran karena tidak laku.

"Kami sadari dalam situasi ekonomi yang sulit, masyarakat cenderung akan lebih memenuhi kebutuhan pangan dari pada pakaian sehingga kondisi ini mengakibatkan perajin konveksi kolaps," katanya.

Menurut dia, perajin tidak mengalami masalah terhadap stok bahan baku dan biaya produksi tetapi yang menjadi hambatan mereka adalah penjualan hasil produksi yang sulit akibat situasi pasar lesu sedangkan dana usaha yang digunakan berasal dari pinjaman bank.

"Perajin konveksi rata-rata terjerat pinjaman bank yang memberikan bunga cukup tinggi sedangkan saat ini penjualan hasil produksi lesu," katanya.

Fauzi, perajin konveksi lainnya mengatakan, keterperukan pemilik konveksi di Kabupaten Tegal karena mereka tidak memiliki manajemen yang baik sehingga ketika situasi pasar lesu banyak perajin yang bangkrut.

"Keterpurukan usaha konveksi ini kami nilai akibat banyak perajin yang tidak menggunakan manajemen yang baik sehingga ketika dalam kondisi pasar yang tidak menentu mereka tidak siap," katanya.

Sekretaris Komisi B DPRD Kabupaten Tegal, Sorikhin, mengatakan, sebenarnya Pemkab Tegal sudah memberikan perhatian terhadap perajin konveksi di daerah itu tetapi mereka tidak mampu mengelola sejumlah bantuan yang telah dikucurkan.

"Kemungkinan mereka menganggap bantuan yang diberikan pemkab berupa hibah dan hal itu menjadikan kelemahan perajin konveksi untuk mempertahankan usahanya dalam kondisi ekonomi yang masih sulit," katanya.
More aboutPerajin Konveksi di Tegal Makin Terpuruk

Kisah Fauzi berbisnis konveksi

Diposting oleh Samino

Fauzi memulai bisnis konveksinya dari membikin kaus seragam untuk murid-murid sekolah. Sekarang, ia sudah punya 55 unit mesin jahit plus merangkul puluhan klien perusahaan besar.

Kendati tidak tampak luar biasa, jangan sepelekan bisnis kaus kelas. Kaus seragam ini, lazimnya, dipesan oleh murid-murid dalam satu kelas atau satu sekolah sekadar memperlihatkan kebersamaan mereka. Nah, tidak sedikit pengusaha yang mendulang sukses dari ikatan emosi anak sekolah ini. Salah satunya adalah Fauzi Ishak yang membangun usaha konveksinya dari membikin kaus kelas seperti ini.

Saat ini Fauzi memiliki usaha konveksi baju bernama BEKaos. Meski menyandang nama kaus, Fauzi justru lebih banyak menggarap seragam untuk perusahaan. “Sekitar 80% pekerjaan saya sekarang adalah menjahit uniform,” tutur bapak dari tiga anak ini. Misalnya, ia baru merampungkan pesanan dari Garuda Maintenance Facility senilai Rp 1,2 miliar. Selain itu, menurut Fauzi, ia juga menggarap seragam KPC, Freeport, Trakindo, serta Aerowisata Catering.

Untuk mengerjakan pesanan kaus, Fauzi memiliki 55 unit mesin jahit. Jika seluruh kapasitasnya dikerahkan, Fauzi mempekerjakan sekitar 70 orang karyawan. “Tapi, dalam kondisi sekarang, memang jarang penuh. Paling cuma 35 mesin saja yang jalan,” celetuknya.

Ia juga punya cara sendiri untuk meladeni pelanggan yang memesan ribuan baju dengan tenggat mepet. Kebetulan, keluarga besar Fauzi punya usaha konveksi serupa di Bandung. “Jadi, saya potong di sini, lalu saya bagikan ke Bandung,” jelas Fauzi yang pernah menggarap 50.000 potong kaus pesanan dari Aceh yang harus rampung dalam waktu dua minggu.

Jadi tawuran gara-gara kaus pesanan

Fauzi membangun bisnisnya ini dari sebuah gang kecil di Mampang pada pertengahan 1980-an. Berbekal pengalamannya membikin kaus kelas di Bandung, Fauzi pun nekat menyewa rumah kecil. Ia membuka usaha pembuatan kaus dengan modal Rp 2,8 juta. “Saya masih ingat, sewa rumahnya Rp 800.000 setahun,” tutur Fauzi.

Setelah itu, ia harus hidup berhemat dengan uang Rp 2 juta sisanya. Fauzi mengajak dua kawan untuk menjadi karyawan dan ikut mengerjakan seluruh proses pembuatan kaus, kecuali menjahit. “Saya beli mesin, saya potong sendiri, sablon sendiri, tapi saya enggak bisa menjahit,” katanya.

Bisnis pembuatan kaus ini ternyata cepat berkembang. Dalam seminggu, Fauzi bisa menggarap 100 potong kaus. “Dulu, saya cukup punya nama di antara anak-anak SMA itu,” kata Fauzi yang memilih sebutan Bandungprima untuk usaha pembuatan kausnya ini.

Menggarap kaus kelas pesanan anak SMA membawa pengalaman lucu bagi Fauzi. Sebut saja waktu ia menerima pesanan kaus dari STM Boedoet dan STM Penerbangan. Dua siswa sekolah itu tawuran lantaran bertemu muka ketika sama-sama mengambil kaus di rumah Fauzi. “Saya malah sampai dimintai keterangan oleh polisi segala,” ujar lelaki berusia 37 tahun ini sambil tertawa lebar.

Tapi, Fauzi tidak mau melulu bergulat dengan bisnis kaus kelas. Ia membuka pasar baru dengan mencari pelanggan perusahaan. Selama tiga tahun pertama, Fauzi rajin menawarkan sendiri kaus bikinannya ke banyak perusahaan. Pengalaman pahit menjadi bagian dari hidupnya. “Saya harus menunggu bagian purchasing selama berjam-jam. Terus kita dikasih waktu cuma lima menit. Itu pun mereka enggak jadi pesan,” kenang Fauzi. Alhasil, beberapa kali ia tertidur di atas sepeda motor di pelataran Monas. “Saya kecapekan, ya, tidur saja di situ,” katanya.

Aksi promosi door to door itu memang membuahkan hasil. PT Telkom menjadi klien pertama Fauzi. Kebetulan perusahaan ini dikejar waktu untuk membuat seragam Telkom Jakarta Selatan. Fauzi pun segera menyambarnya, kendati harus bekerja sama dengan koperasi karyawan di situ. “Nilainya Rp 50 juta. Waktu itu nilai segitu besar sekali,” ujarnya. Karena pesanan terus bertambah, Fauzi harus pindah ke Tebet untuk mendapatkan tempat yang lebih besar.

Nah, tahun 1993 Fauzi mengusung BEKaos pindah ke Condet. “Dulu, ini rumah orang Betawi asli yang kemudian bisa saya beli,” ujar Fauzi mengenai workshop-nya yang sekarang. Di sinilah, Fauzi menaruh puluhan mesin miliknya.

Emoh dianggap pengusaha plin-plan

Menurut Fauzi, berbisnis konveksi cukup unik. Pasalnya, si pengusaha harus tahu detail bahan baku dan produksinya. Fauzi merasa diuntungkan dengan bekal pengalaman selama di Bandung dan jaringan yang dimiliki di sana. “Saya jadi tahu, di mana bisa mencari bahan yang harganya miring, untuk disesuaikan dengan anggaran pemesan,” ujar Fauzi.

Sebagai pengusaha, Fauzi merasa dirinya enggak takut merugi. “Kalaupun rugi, saya harus belajar dari situ,” tegasnya. Fauzi mengakui beberapa kali dirinya pernah rugi besar. Kala menang tender, kerap kali hitungan bisnis sesungguhnya melesat jauh dari nilai tender. Pasalnya, harga bahan baku sering naik turun. Kalau harga bahannya kelewat tinggi, Fauzi berusaha menegosiasikan harga jual kepada pemberi order. Jika negosiasi gagal, ya sebisa mungkin ia tetap memenuhi kewajibannya. “Saya enggak mau kalau pelanggan bilang saya plin-plan,” cetusnya. Lebih lagi, dengan cara begini, kebanyakan pelanggan justru terkesan dan memesan lagi di lain waktu.

Pemain di bisnis konveksi baju jumlahnya ada ratusan ribu. Tapi, menurut Fauzi, ia tetap optimistis dengan kesempatannya meraih laba. Tiga bulan lalu, ia membuka bisnis konveksi di Batam. “Cukup lumayan kok responnya,” ujarnya. Menurut dia, masih banyak daerah yang menyimpan potensi pasar. “Prinsip saya, jangan takut memulai,” tandas Fauzi.

Fauzi justru khawatir dengan serangan konveksi dari China. Beberapa kali ia merasakan pahitnya serangan ini. Misalnya, niatnya memasok seragam ke Malaysia gagal karena kalah dengan produk China. “Saya ngeri sekali dengan produk mereka. Karena, harganya bisa jauh lebih murah,” ucap Fauzi. Padahal, sebelum tahun 2003, Fauzi banyak mengirimkan seragam dan pakaian jadi ke Malaysia dan Brunei.

Fauzi tidak mau sekadar berkutat di bisnis konveksi saja. Ia baru membuat OrbitCom yang bisnisnya periklanan dan event organizer. Ia juga berbisnis separator jalan, bekerja sama dengan kantor polisi di Jakarta. Untuk itulah, ia membikin tim pemasaran sendiri. “Tim pemasaran ini fleksibel, bisa ke BEKaos, bisa ke Orbit juga,” ujar Fauzi yang sekarang tidak perlu melepas lelah di pelataran Monas lagi.

+++++

Bisnis Keluarga

Konveksi memang tidak asing bagi Fauzi Ishak. Maklum, banyak anggota keluarganya di Bandung berbisnis kaus. Ia merintis bisnis kaus semasa SMA. “Eh, lama-lama keenakan, karena SMA sudah pegang duit sendiri,” kenang anak keenam dari tujuh bersaudara ini. Maka, Fauzi pun ogah tertahan di bangku kuliah Universitas Pasundan. “Saya lebih memilih untuk wiraswasta,” ucap lelaki Riau kelahiran Bandung ini. Tiga saudara laki-lakinya, semua mempunyai bisnis konveksi.

Meski ayahnya adalah juga seorang pengusaha, Fauzi mengaku mendapat gemblengan keras dari kakaknya. Sang kakak, menurut Fauzi, selalu melarangnya melakukan banyak hal. “Dia bilang, jangan belagu. Kalau sudah bisa mencari duit seribu perak, bolehlah kamu bertingkah,” kenang Fauzi. Ucapan itu melecut Fauzi untuk mulai membikin kaus kelas semasa SMA. “Saya koordinir teman-teman saya untuk membuat kaus ini,” ujar Fauzi yang hobi badminton, tenis meja, dan joging.

More aboutKisah Fauzi berbisnis konveksi

Belajar Reklame | Membuat Neon Box

Diposting oleh Samino

Peralatan utama yang dibutuhkan sama dengan peralatan untuk membuat papan nama.
Neon Box yaitu neon yang diletakkan dalam sebuah box, berbentuk kotak atau lonjong. Ada neon box yang 1 muka (bagian yang satunya ditutup dengan menggunakan seng/aluminium) dan ada pula yang 2 muka tergantung pesanan. Harganya cukup mahal karena prosesnya yang rumit dan juga bahan-bahan yang digunakan mahal. Ada 3 jenis model neon box, yaitu : spray/semprot, stiker dan printing (yang sekarang paling banyak digunakan). Neon box model spray yaitu dengan memakai bahan acrylic bening yang disemprot terbalik/mirror karena acrylic yang kita cat posisinya berada didalam box. Neon box model stiker yaitu memakai acrylic putih susu yang diberi stiker yang biasa dipakai untuk motor atau juga bisa dengan model stiker printing. Neon box model printing yaitu memakai bahan printing atau orang biasa menyebutnya dengan Backlite. Backlite ada yang 1 muka dan ada juga yang 2 muka. Menurut kami backlite yang 2 muka lebih baik karena cahaya yang dihasilkan akan lebih terlihat sempurna. Ukuran acrylic ada dua macam, yaitu : kecil ( 98 x 183 cm) dan besar (120 x 240 cm) dan tebalnya mulai dari 0,1mm, 0,2mm, dst. Kita boleh membelinya dengan ukuran ½ atau ¼ nya.
More aboutBelajar Reklame | Membuat Neon Box