Edwin’s Gallery sebagai salah satu Indonesia contemporary art gallery, adalah salah satu media pembelajaran bagi kita yang menyukai karya-karya seni kontemporer. Karena disana kita dapat melihat beberapa macam karya seni yang indah. Sebagai seorang yang awam, kita menyadari ada berbagai macam prinsip seni yang dipegang oleh seniman dalam berkarya. Mulai dari realis, animasi, surealis, kontemporer, atau mungkin imajinasi dan fantasi. Ciri-ciri itu bisa kita lihat melalui mata, ekspresi, dan hal lain yang tergambar dalam lukisannya.
Namun dari penjelasan Edwin Rahardjo sang pemilik gallery, pada dasarnya bagi seorang seniman, dalam melukis subjeknya selain gerak dan mimik wajah, ekspresi mata seseorang merupakan elemen-elemen penguat yang sangat penting guna mencerminkan perasaan subjeknya. Demikian pula bagi pemirsanya untuk dapat merasakan apa yang ingin ditampilkan dalam sebuah karya lukis karena Seni Membutuhkan Kepekaan Terhadap Keadaan Dunia. Namun, wajah yang menjadi subjek karyanya kadang tidak tampil dengan utuh maupun dengan gerak wajah yang dapat memberikan penekanan akan keadaan dan perasaannya. Wajah terpotong ekstrem, kadang tidak memperlihatkan mata yang kita kenal sebagai jendela hati, dan kalaupun terlihat, jarang menatap pemirsanya.
Menghilangkan ataupun membuang elemen-elemen seni tersebut sebagai tanda-tanda penguat, baik disengaja ataupun tidak, merupakan sebuah tantangan yang sangat menyulitkan seorang seniman dalam mengekspresikan emosi dan perasaan subjeknya. Karyanya seakan mengajak kita untuk berimajinasi akan siapa dia, dan sedang apa, sekaligus meresapi keadaan dan perasaannya. Subjek tersebut, baik dirinya sendiri maupun orang lain, tidaklah penting dan bukanlah inti atau fokus dari karyanya. Ia menggunakan subjek tersebut untuk menangkap suatu momen yang mengesankan baginya. Nampak seakan ia ingin mengajak kita bukan untuk menikmati keindahan rupa, namun untuk merenungkan persepsinya yang subjektif mengenai momen tersebut sebagai objek.
Namun dari penjelasan Edwin Rahardjo sang pemilik gallery, pada dasarnya bagi seorang seniman, dalam melukis subjeknya selain gerak dan mimik wajah, ekspresi mata seseorang merupakan elemen-elemen penguat yang sangat penting guna mencerminkan perasaan subjeknya. Demikian pula bagi pemirsanya untuk dapat merasakan apa yang ingin ditampilkan dalam sebuah karya lukis karena Seni Membutuhkan Kepekaan Terhadap Keadaan Dunia. Namun, wajah yang menjadi subjek karyanya kadang tidak tampil dengan utuh maupun dengan gerak wajah yang dapat memberikan penekanan akan keadaan dan perasaannya. Wajah terpotong ekstrem, kadang tidak memperlihatkan mata yang kita kenal sebagai jendela hati, dan kalaupun terlihat, jarang menatap pemirsanya.
Menghilangkan ataupun membuang elemen-elemen seni tersebut sebagai tanda-tanda penguat, baik disengaja ataupun tidak, merupakan sebuah tantangan yang sangat menyulitkan seorang seniman dalam mengekspresikan emosi dan perasaan subjeknya. Karyanya seakan mengajak kita untuk berimajinasi akan siapa dia, dan sedang apa, sekaligus meresapi keadaan dan perasaannya. Subjek tersebut, baik dirinya sendiri maupun orang lain, tidaklah penting dan bukanlah inti atau fokus dari karyanya. Ia menggunakan subjek tersebut untuk menangkap suatu momen yang mengesankan baginya. Nampak seakan ia ingin mengajak kita bukan untuk menikmati keindahan rupa, namun untuk merenungkan persepsinya yang subjektif mengenai momen tersebut sebagai objek.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar