Tempat tinggal menjadi kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi setiap orang
agar lebih praktis beraktivitas. Perumahan tipe sederhana dengan KPR terjangkau, atau apartemen murah bersubsidi bisa menjadi pilihan. Jika masih belum mampu membeli rumah, pilihannya kembali kepada: menyewa apartemen, atau mengontrak rumah. Namun mana yang lebih efisien?
Pilihan tersebut pada dasarnya tergantung pada prioritas kebutuhan masing-masing orang. Nini Candra, mengaku tertarik membeli satu unit apartemen bersubsidi di kawasan selatan Jakarta. Meski berlokasi di jalan utama yang sering mengalami kemacetan, perempuan yang ditemui Kompas Female saat melihat show unit di apartemen pilihannya ini tak merasa terkendala dengan lokasi.
“Tetap ada pertimbangan kepraktisan, karena lokasi apartemen dekat dengan usaha suami dan pekerjaan saya sangat mobile di kawasan selatan dan barat Jakarta. Jadi masih dekat dengan domisili,” jelasnya.
Lain halnya dengan Muhammad Yunus. Ia mengaku sempat membandingkan kediaman di apartemen atau rumah sewa berjenis paviliun. Menurutnya tinggal di apartemen lebih praktis, privasi terjaga, dan keamanan terjamin.
“Nilai sewa paviliun memang lebih murah, 1 juta per bulan, sedangkan waktu itu sewa apartemen 11 juta per enam bulan lengkap dengan keamanan gedung dan privasi yang tak didapat dari pilihan satunya,” jelas Yunus, yang tinggal di apartemen Mediterrania Garden Residence pada tahun 2006 hingga 2007.
Jika pada umumnya pemilihan tinggal di apartemen adalah karena faktor lokasi yang strategis, mengapa banyak pula apartemen yang berdiri di kota-kota satelit seperti Depok, Bekasi, dan Serpong?
Bagi sebagian orang, faktor harga menjadi pertimbangan utama. Apartemen yang berada di pinggiran kota seperti ini memang menawarkan harga sewa yang lebih murah daripada yang berada di pusat kota. Soal lokasi tak jadi perkara, meski masih harus terjebak kemacetan kota. Toh masih lebih murah daripada kredit rumah dengan lokasi yang juga jauh dari kota, misalnya.
Ada ruang bermain
Untuk keluarga yang memiliki anak, tampaknya apartemen tidak begitu menjadi pilihan. Chrisna Soeharto, contohnya. Pria yang bekerja sebagai marketing trainer di sebuah perusahaan otomotif ini, memilih membeli rumah karena konsepnya lebih untuk keluarga. “Kalau rumah ada lahan yang luas untuk berkebun, anak-anak juga punya tempat bermain,” katanya.
Sebagai investasi, rumah juga lebih menguntungkan. Sedangkan apartemen boleh dibilang hanya unggul dari segi lokasi yang strategis saja, tidak ada kelebihan lain. Untuk biaya operasional, penghuni apartemen akan terkena service charge kurang lebih Rp 1,5 juta tiap bulan. Bandingkan dengan tinggal di rumah yang biaya operasional tiap bulannya bisa diatur hingga Rp 700 ribu saja. Karena itu, pria yang kini tinggal di kawasan Bintaro ini malah berencana membeli satu unit rumah lagi.
Bagaimana pun, pembangunan rumah dan apartemen -baik yang bersubsidi maupun tidak- ada dimana-mana, menjadi pertanda bahwa pasarnya masih ada. Tinggal pilih yang paling cocok dengan karakter Anda, rumah atau apartemen?
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar