Tampilkan postingan dengan label rancangan rumah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rancangan rumah. Tampilkan semua postingan

Bangunan Lentur Minimalisir Kerusakan Akibat Gempa

Diposting oleh Samino on Selasa, 27 Oktober 2009

SEMARANG, KOMPAS.com - Pakar konstruksi dan tata bangunan Universitas Diponegoro Semarang Dr Sri Tudjono mengatakan, bangunan yang bersifat lentur dapat meminimalkan kerusakan yang diakibatkan gempa bumi.

"Material konstruksi bangunan yang bersifat lentur dapat menyerap energi, baik energi tarikan maupun tekanan, dan beberapa material bangunan yang memiliki sifat lentur adalah besi dan kayu," kata Sri Tudjono di Semarang, Senin (12/10).

Ia mengatakan, besi digunakan sebagai kolom yang berfungsi sebagai bingkai untuk mengikat konstruksi bangunan dan dapat menyerap energi yang muncul, termasuk getaran gempa bumi. Namun, kata dia, banyak bangunan yang tidak menggunakan besi.

"Biasanya,rancangan bangunan hanya mengandalkan dinding dari batu bata dan semen yang tidak dilengkapi dengan kolom besi, padahal dinding bata tidak bersifat lentur, tetapi justru bersifat getas dan mudah pecah," katanya.

Karena itu, kata dia, ketika menghadapi energi yang muncul akibat gempa, bangunan yang tidak dilengkapi dengan kolom besi langsung hancur, sementara bangunan yang dilengkapi dengan besi kolom hanya rusak-rusak.

"Namun, kekuatan bangunan yang dilengkapi dengan kolom besi juga tidak menjamin dapat meminimalisasi dampak getaran gempa apabila pemasangan dan konstruksinya tidak sesuai dengan prinsip ’detailing’," katanya.

Prinsip "detailing" di antaranya adalah proses pemasangan sambungan antarbesi kolom, karena para pekerja konstruksi bangunan biasanya kurang memerhatikan bahwa pemasangan antarbesi harus dikait silang, karena pertimbangan kepraktisan.

"Pekerja bangunan sering memasang sambungan antarbesi kolom secara seadanya, padahal kekuatan dan kelenturan yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kekuatan sambungan," katanya.

Selain itu, kata Sri, sebuah bangunan dalam jarak tertentu harus diperkuat dengan bingkai berupa besi kolom, idealnya setiap jarak 12 meter persegi, untuk mengikat dan memperkuat antardinding agar tidak mudah runtuh.

"Material yang digunakan berupa campuran semen, pasir, dan kricak (kerikil) juga harus ditakar dengan perbandingan 1:2:3, dan air yang digunakan sebaiknya memiliki takaran 0,4-0,45 persen, jangan terlalu banyak," katanya.

Disinggung tentang pemenuhan konstruksi rumah tahan gempa di daerah Semarang, ia mengatakan, secara umum konstruksi bangunan rumah di Semarang sudah dilengkapi dengan kolom besi, terutama untuk bangunan rumah tangga.

Akan tetapi, ia mengatakan, dirinya masih meragukan pemenuhan prinsip "detailing" dalam konstruksinya, sebab pemasangan besi kolom agar bangunan bersifat lentur tidak terwujud apabila pemasangan tidak tepat.

Ia mengatakan, pemasangan atap menggunakan bahan yang ringan, misalnya asbes dan seng, juga dapat meminimalkan gempa, jika dibanding penggunaan genting, terutama untuk menghadapi gempa yang bersifat vertikal.

"Secara prinsip, konstruksi rumah tahan gempa jika terkena getaran atau energi yang muncul memang dapat mengalami kerusakan, namun tidak langsung hancur lebur yang membahayakan penghuninya," kata Sri.
More aboutBangunan Lentur Minimalisir Kerusakan Akibat Gempa

Konsep Bangunan Tahan Gempa

Diposting oleh Samino

Gempa bumi adalah suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang ditimpanya relatif waktu singkat.

Bangunan tahan gempa pada pokoknya adalah bangunan yang dibuat untuk meminimalkan kerugian baik korban jiwa maupun harta benda. Jadi bukan membuat bangunan yang sama sekali tidak rusak jika terkena gempa bumi, yang mana untuk membuatnya membutuhkan biaya sangat besar. Namun, memang ada bangunan yang dibuat demikian, yang digunakan untuk rumah sakit, kantor pemerintahan, bangunan ibadah yang besar, museum, instalasi kelistrikan maupun nuklir.

Prinsip-prinsip membuat konstruksi bangunan tahan gempa antara lain, bangunan tahan gempa haruslah terencana dan teratur secara geometri. Bagian yang menahan beban dengan yang tidak harus dianggap sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Bangunan harus dibuat seringan mungkin. Bagian atap bangunan yang berat juga akan membahayakan struktur dan penghuni di bawahnya. Struktur yang direncanakan haruslah sesederhana mungkin sehingga jalur beban gaya vertikal maupun horizontal dapat dimengerti dengan mudah.

Denah sebaiknya dirancang dengan sesimetris mungkin, seimbang ukurannya antara bagian kiri dan kanan, depan dengan belakang bangunan. Dapat pula berbentuk bujur sangkar maupun lingkaran penuh. Struktur yang vertikal seperti tiang atau kolom dan kuda-kuda ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dapat menerima beban terbesar. Semakin besar gaya vertikal, semakin besar pula ketahanan terhadap gaya gempa yang berguncang dan memuntir ke segala arah. Letakkan tangga, lift, dan eskalator sedekat mungkin dengan pusat bangunan.

Potongan vertikal bangunan sebaiknya berbentuk segi empat. Tinggi bangunan sebaiknya tidak melebihi empat kali lebar gedung. Struktur konstruksi bangunan sebaiknya dipilih yang monolit, berarti seluruh konstruksi bangunan dikonstruksikan dengan bahan bangunan yang sama karena pada saat terjadi gempa, bahan bangunan yang berbeda akan memberikan reaksi yang berbeda pula. Ketebalan pelat lantai pada bangunan bertingkat dengan ketebalan balok sebaiknya lebih besar daripada biasanya untuk menghindari getaran vertikal sejauh mungkin. Balok tidak boleh dibuat lebih besar daripada tiang tumpuannya agar tidak terjadi ketegangan tambahan.

Contohnya : Rumah Tahan Gempa dengan menggunakan balok beton fleksibel.

Balok beton fleksibel

Metode lain membuat rumah tahan gempa adalah dengan pembentukan balok beton fleksibel. Balok beton fleksibel tidak menyatu dengan lapisan dinding, tetapi hanya dihubungkan dengan pelat baja.

”Ketika terjadi gempa, struktur balok beton fleksibel itu dibebaskan bergerak. Namun, lapisan dinding dipertahankan tidak bergerak supaya terhindar dari keretakan,”

Pada prinsipnya, bangunan atau rumah tahan gempa itu menggunakan material yang ringan, tetapi kuat. Logikanya, ketika terpaksa harus runtuh akibat gempa, struktur bangunan dari material ringan itu tidak akan sampai mematikan.

”Di sinilah letak penting untuk kembali menengok cara-cara tradisional kita dalam mendirikan bangunan atau rumah dengan kayu dan bambu. Kemudian, atapnya berupa ijuk, dan sebagainya,”

Pemilihan material seperti kayu dan bambu memenuhi unsur ringan dan kuat, seperti pembuatan dinding dengan gedek atau rajutan bilah bambu itu jelas akan membentuk lapisan dinding yang ringan dan ramah terhadap gempa. Untuk menempuh kembali metode tradisional tersebut, langkah terpenting adalah membuat material yang lebih kuat dan tahan lama, seperti melapisi bambu dengan polimer.

Sumber dari : kompas.com

More aboutKonsep Bangunan Tahan Gempa

Bangunan Hemat Energi: Rancangan Pasif dan Aktif

Diposting oleh Samino on Minggu, 18 Oktober 2009

PENIPISAN cadangan minyak nasional akan menempatkan Indonesia sebagai negara pengimpor sumber daya energi ini dalam waktu dekat. Salah satu sektor penting yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar minyak adalah bangunan, umumnya mengonsumsi BBM dalam bentuk energi listrik sekitar 30-60 persen dari total konsumsi BBM di suatu negara.

UNTUK kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin. Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan sejumlah kecil bangunan rumah. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional.

Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan, seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.

Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan rumah dirancang dengan konsep hemat energi.

Para arsitek di Barat memulai langkah merancang bangunan hemat energi sejak krisis energi tahun 1973, sementara hingga kini-30 tahun sejak krisis energi di negara Barat-belum juga muncul pemikiran ke arah itu di kalangan arsitek Indonesia.

Rancangan pasif

Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Rancangan aktif: solar sel

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.

Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.

Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu suhu udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi karbondioksida.

Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65 meter ke kolam di dasar bangunan.

Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan suhu lingkungan di sekitar bangunan secara evaporatif. Kelembaban udara pada kawasan ini relatif rendah, sekitar 50-70 persen.

Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius.

Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi sebagai penyerap panas matahari sore. Panas yang diserap kontainer mengurangi pemanasan bangunan siang dan sore hari. Selanjutnya kontainer akan menghangatkan bangunan pada malam hari (suhu udara luar malam hari cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas dalam kontainer ini juga dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan.

Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.

Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang - membentuk semacam deretan layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik digunakan untuk sebagian besar keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel sel solar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melindungi atap terhadap radiasi matahari dari sisi selatan. Paviliun Inggris ini menggunakan energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada energi yang seharusnya digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini.

Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat energi, hemat listrik, sejak sekarang.

TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT, Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanagara

Sumber : (tri harso karyono) Harian Kompas

More aboutBangunan Hemat Energi: Rancangan Pasif dan Aktif

Renovasi Rumah Secara Berkala

Diposting oleh Samino on Jumat, 16 Oktober 2009

Bosan dengan tampilan rumah Anda? Punya dana lebih untuk suatu suasana yang lebih fresh dan "hidup"? Maka, silakan melakukan make over (perombakan/renovasi/perubahan) atas rumah Anda sesuai selera dan dana yang tersedia. Ini fenomena yang secara diam-diam mulai ngetren di tengah masyarakat kita.

Kita tak boleh menyalahkan perasaan bosan yang memang ada pada diri setiap manusia. Perasaan bosan atau jenuh merupakan sifat ekspresif manusia sebagai insan yang berakal-budi. Namun, kebosanan atau kejenuhan yang berkepanjangan dapat mematikan kreativitas dan motivasi seseorang.

Demikian halnya kejenuhan atas suasana sekeliling, misalnya suasana kantor (tempat kerja) atau rumah (tempat tinggal), berdampak pada kualitas kehidupan manusianya. Merosotnya kualitas kehidupan dengan sendirinya menarik ke bawah kualitas kerja dan kualitas ide.

Manajemen perusahaan yang memahami hal ini berusaha menghalau kejenuhan dari hati para karyawannya dengan merenovasi kantor (meski sekadar mengganti warna cat dinding) secara berkala. Usaha paling minimal yang dilakukan untuk mengatasi soal psikis itu ialah dengan mengubah posisi meja (kamar) kerja para karyawan secara berkala. Suasana baru diharapkan memberi elan dan kesegaran baru bagi para pekerja.

Suasana rumah yang monoton apakah membawa kejenuhan bagi para penghuninya? Diakui atau tidak, inisiatif merenovasi rumah, sekecil apa pun, merupakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebagian orang yang kaya tak mau menunggu lama untuk merenovasi periodik terhadap rumah mereka.

Nuansa baru
Perubahan baru, tampilan baru, juga warna-warna baru menghadirkan nuansa baru yang merangsang saraf-saraf sensitif pada otak kita dan menghasilkan reaksi impresif yang melahirkan ide kreatif. Itu sebabnya setiap perubahan yang menghasilkan nuansa baru senantiasa memberikan semangat hidup dan sumber ide yang lebih segar pula.

Perusahaan berbasis ide-ide kreatif dan inspiratif seumpama production house, periklanan, penerbitan majalah, dan salon kecantikan biasanya sangat mengerti dan mengapresiasi fenomena yang mulai meluas ini.

Lepas dari masalah kecocokan dan selera, nuansa baru yang muncul di sekeliling kita senantiasa memberikan spirit karena nuansa baru lekat dan kental dengan hal-hal kebersihan, pembaruan, dan semangat kreatif.

Jangka waktu periodik make over yang umum dilakukan ialah sekali dalam setahun. Meskipun demikian, jangka waktu periodik make over sekali dalam dua tahun masihlah wajar dan tidak dapat dikatakan telat. Make over pada rumah tinggal-secara berjenjang dari kategori berat sampai yang paling ringan-dapat dilakukan terhadap fisik bangunan (fasad dan struktur), penataan ulang komposisi ruang, penggantian elemen interior (furnitur dan aksesoris) dan penggantian warna cat.

Bagi yang tinggal di apartemen, make over dapat dilakukan pada elemen interior dan permainan warna cat. Adapun perubahan pada fasad tidak mungkin dilakukan, demikian pula halnya terhadap struktur bangunan. Inisiatif semacam ini bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan. Semuanya kembali pada soal selera, keinginan, dan kesiapan budget masing-masing orang.

Yoppy OL
Pemerhati Masalah Perumahan

More aboutRenovasi Rumah Secara Berkala

Konstruksi Bangunan dengan Baja Ringan Lebih Menguntungkan

Diposting oleh Samino on Minggu, 11 Oktober 2009

Penggunaan baja ringan untuk konstruksi bangunan mulai disosialisasikan di Indonesia. "Karena ringan dan tipis bahan ini cocok untuk struktur bangunan mulai dari rangka lantai, rangka dinding penahan beban, rangka partisi, rangka plafon dan kuda-kuda," kata R&D Engineer PT Jaindo Metal Indonesia (JMI), Ir. Revi Renensiva MT, di Jakarta.

Penggunaan baja ringan ini juga dinilai lebih efisien & ekonomis dibanding bahan baja, bata, kayu dan beton. Beton & bata berstruktur memang kokoh sebagai penahan struktur, namun bobotnya sangat berat. Sementara teknologi kayu untuk bahan stuktur di Indonesia belum berkembang. Sehingga penggunaan bahan ini tidak awet, mudah lapuk dan dimakan rayap.

"Dari sisi harga kayu memang lebih murah 20-30% dibanding baja ringan. Namun dalam jangka panjang dan perawatannya, baja ringan jauh lebih ekonomis, tutur Revi. Lagi pula waktu pengerjaan konstruksi baja ringan jauh lebih singkat dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, sehingga dapat menghemat biaya proyek. (Ekonomi Neraca)

More aboutKonstruksi Bangunan dengan Baja Ringan Lebih Menguntungkan